Rabu, 26 Oktober 2011


Sistem Pencernaan pada Hewan Mamah Biak (Ruminansia)

           Hewan-hewan herbivora (pemakan rumput) seperti domba, sapi, kerbau disebut sebagai hewan memamah biak (ruminansia). Sistem pencernaan makanan pada hewan ini lebih panjang dan kompleks. Makanan hewan ini banyak mengandung selulosa yang sulit dicerna oleh hewan pada umumnya sehingga sistem pencernaannya berbeda dengan sistem pencernaan hewan lain.
        









       Coba amati hewan ternak seperti sapi, kerbau, kambing yang sedang duduk-duduk santai di bawah pohon. Kadangkala mereka terlihat mengunyah-ngunyah, padahal baru saja mereka melewatkan makan rumput sebelum “istirahat”, seolah mereka menguyah sepanjang waktu. Apa yang mereka kunyah? Apakah sewaktu mereka makan tadi tidak ditelan? Tapi dikunyah dulu sedemikian lama?Jenis hewan ini, adalah jenis herbivora, yaitu yang memakan tumbuhan, dan masuk dalam Ordo Artiodactyla atau hewan berkuku genap, dari subordo Ruminantia. Hewan ini dikenal dengan nama hewan me-mamah biak, atau RUMINANSIA.Proses pencernaan makanan hewan memamah biak ini dimulai dengan masuknya makanan kekantung lambung terbesar yang disebut RUMEN (. Di dalam rumen terjadi proses pencernaan kimiawi dan fermentasi biologis, lalu masuk ke ”lambung retikulum” (perut jala) yang akan membentuk makanan menjadi bola-bola kasar (bolus). Lalu bolus tadi ”dimuntahkan” kembali ke mulut dan di kunyah lagi.Setelah dikunyah untuk kedua kalinya makanan masuk ke ornasum (perut daun), dan akhirnya ke lambung terakhir yaitu ABOMASUM.Jadi hewan Ruminasia ini memiliki banyak lambung lho (ada empat) dan tentu saja akan memiliki kemampuan menyerap nutrisi lebih baik.
Lambung nya terdiri atas 4 bagian :
1.Rumen: bagian lambung tempat penghancuran     makanan secara mekanis
2.Retikulum: bagian lambung tempat pencernaan selulosa oleh bakteri
3.Omasum: bagian lambung tempat pencernaan secara mekanik
4.Abomasum: bagian lambung tempat terjadinya pencernaan secara kimiawi dengan bantuan enzim dan HCl yang dihasilkan oleh dinding abomasum
Dengan demikian, bagian lambung hewan memamah biak yang serupa dengan lambung manusia adalah abomasums.


Apa yang terjadi pada makanan saat dilambung :

       Kapasitas rumen 80%, retikulum 5%, omasum 7-8%, dan abomasum 7-8%.
       Pembagian ini terlihat dari bentuk gentingan pada saat otot sfinkter berkontraksi.
       Makanan dari kerongkongan akan masuk rumen yang berfungsi sebagai gudang sementara bagi makanan yang tertelan.
       Di rumen terjadi pencernaan protein, polisakarida, dan fermentasi selulosa oleh enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri dan jenis protozoa tertentu.
       Dari rumen, makanan akan diteruskan ke retikulum dan di tempat ini makanan akan dibentuk menjadi gumpalan-gumpalan yang masih kasar (disebut bolus).
       Bolus akan Dimuntahkan kembali ke mulut untuk dimamah kedua kali.
       Dari mulut makanan akan ditelan kembali untuk diteruskan ke omasum.
       Pada omasum terdapat kelenjar yang memproduksi enzim yang akan bercampur dengan bolus.
       Akhirnya bolus akan diteruskan ke abomasum, yaitu perut yang sebenarnya dan di tempat ini masih terjadi proses pencernaan bolus secara kimiawi oleh enzim.
        Selulase yang dihasilkan oleh mikroba (bakteri dan protozoa) akan merombak selulosa menjadi asam lemak.
       Akan tetapi, bakteri tidak tahan hidup di abomasum karena pH yang sangat rendah, akibatnya bakteri ini akan mati, namun dapat dicernakan untuk menjadi sumber protein bagi hewan pemamah biak.
       Dengan demikian, hewan ini tidak memerlukan asam amino esensial seperti pada manusia.
       Lambung sapi sangat besar, diperkirakan sekitar 3/4 dart isi rongga perut.
       Lambung mempunyai peranan penting untuk menyimpan makanan sementara yang akan dimamah kembali (kedua kali).
       Selain itu, pada lambung juga terjadi proses pembusukan dan peragian.

Struktur gigi hewan memamah biak :




       Berdasarkan susunan gigi di atas, terlihat bahwa sapi (hewan memamah biak) tidak mempunyai gigi seri bagian atas dan gigi taring, tetapi memiliki gigi geraham lebih banyak dibandingkan dengan manusia
       banyaknya gigi geraham ini sesuai dengan fungsinya untuk mengunyah makanan berserat, yaitu penyusun dinding sel tumbuhan yang terdiri atas 50% selulosa.
       Jika dibandingkan dengan kuda, faring pada sapi lebih pendek.
       Esofagus (kerongkongan) pada sapi sangat pendek dan lebar serta lebih mampu berdilatasi (mernbesar).
       Esofagus berdinding tipis dan panjangnya bervariasi diperkirakan sekitar 5 cm.
Usus pada sapi sangat panjang, usus halusnya bisa mencapai 40 meter. Hal itu dipengaruhi oleh makanannya yang sebagian besar terdiri dari serat (selulosa).
       Enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri ini tidak hanya berfungsi untuk mencerna selulosa menjadi asam lemak, tetapi juga dapat menghasilkan bio gas yang berupa CH4 yang dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif.
       Tidak tertutup kemungkinan bakteri yang ada di sekum akan keluar dari tubuh organisme bersama feses, sehingga di dalam feses (tinja) hewan yang mengandung bahan organik akan diuraikan dan dapat melepaskan gas CH4 (gas bio)
       Pencernaan karbohidrat dimulai di mulut, dimana bahan makanan bercampur dengan ptialin, yaitu enzim yang dihasilkan oleh kelenjar saliva (saliva hewan ruminansia sama sekali tidak mengandung ptyalin).
       Ptialin mencerna pati menjadi maltosa dan dekstrin.
       Pencernaan tersebut sebagian besar terjadi di mulut dan lambung.
       Mucin dalam saliva tidak mencerna pati, tetapi melumasi bahan makanan sehingga dengan demikian bahan makanan mudah untuk ditelan.
       Mikroorganisme dalam rumen merombak selulosa untuk membentuk asam-asam lemak terbang.
       Mikroorganisme tersebut mencerna pula pati, gula, lemak, protein dan nitrogen bukan protein untuk membentuk protein mikrobial dan vitamin B.
       Tidak ada enzim dari sekresi lambung ruminansia tersangkut dalam sintesis mikrobial.
       Amilase dari pankreas dikeluarkan ke dalam bagian pertama usus halus (duodenum) yang kemudian terus mencerna pati dan dekstrin menjadi dekstrin sederhana dan maltosa.
       Enzim-enzim lain dalam usus halus yang berasal dari getah usus mencerna pula karbohidrat.
Enzim-enzim tersebut adalah
1. Sukrase (invertase) yang merombak sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa.
2. Maltase yang merombak maltosa menjadi glukosa
3. Laktase yang merombak laktosa menjadi glukosa dan galaktosa.

Kamis, 22 September 2011

RESENSI NOVEL

Mengenal Lebih Dalam Buku
“Sang Nabi”
( Oleh  :  Ruli Rahmawati )

Judul                                 :      Sang Nabi
Pengarang                         :      Kahlil Gibran
Penerbit                            :      Narasi
Tahun Terbit                      :      2011
Genre                                :      Novel
Tebal Halaman                  :      128
ISBN                                :      978 – 979 – 168 – 268 - 8
Dimensi ( L x P )                :      13 x 19 cm
Bahasa                             :      Bahasa Indonesia
Harga                                :      Rp  19.000,-

Kahlil Gibran atau Jubran Khalil Gibran adalah seorang sastrawan perantauan (mahjar) beraliran romantik. Lahir 6 Januari 1983 di desa Besharri, Lebanon utara. Kenangan hidupnya yang penuh kemalangan telah mempengaruhi jiwanya secara mendalam. Hati dan cintanya yang terluka membawanya pada karya-karya emasnya.
Novel Sang Nabi ini merupakan salah satu mahakaryanya yang paling dipuja orang. Karya yang diterbitkan dalam bahasa Inggris ini, telah diterjemahkan ke dalam lebih dari 40 bahasa.
Novel Sang Nabi ini berisi tentang pandangan-pandangan pengarang terhadap kehidupan, diksi yang dihadirkan dalam novel merupakan sastra yang amat kuat. Namun pengumpamaan dan pengetahuan akan padanan kata ini menjadikan kita mudah memahami apa maksud penulis. Adanya intisari pada setiap babnya juga memperjelas apa yang ingin disampaikan penulis.
Kalian senang membuat hukum, kalian juga senang melanggarnya. Seperti anak-anak yang bermain di lautan yang akan membangun istana pasir, lalu menghancurkannya dengan tawa ....” (hal 64).
Dalam menyampaikan pandangan-pandangannya terhadap kehidupan penulis mengaplikasikannya dengan membuat sebuah alur cerita yang menceritakan Al Mustafa, seseorang yang sudah berada diusia senja yang dicintai rakyat kota Orphalese, ia telah dua belas tahun menunggu kapalnya untuk membawanya kembali ke pulau kelahirannya.
Suatu hari kapal yang ia tunggupun datang namun disaat itulah ia dihadapkan pada pilihan yang sulit. Ia ingin kembali ke pulau kelahirannya namun disisi lain ia juga berat hati meninggalkan kota ini. Hingga pada akhirnya datanglah seorang wanita yang bernama Almitra yang merupakan seorang pertapa, ialah orang pertama yang dekat dengan Al Mustafa saat datang ke kota ini.
Almitra yang paham isi hati Al Mustafa menyuruhnya kembali ke tanah kelahirannya, namun Almitra meminta ia menjawab pertanyaan rakyat Orphalese. Disinilah pandangan-pandangan hidup Al Mustafa muncul.
Nilai-nilai kehidupan yang dihadirkan memang cukup banyak mulai dari tentang cerita, kebahagiaan, penderitaan, pernikahan hingga kematian semua ditulis bab per bab dengan jumlah 29 bab. Kalimat demi kalimat tidak pernah terasa usang, dengan pamungkas yang menggetarkan jiwa kita.
“Bila cinta mendatangimu ikuti sia, walaupun jalannya sulit dan terjal,
Dan ketika sayapnya mengembang mengundangmu, walaupun pedang yang tersembunyi diantara ujung sayapnya dapat melukaimu”. ... (hal 17)
Merupakan sebuah novel terjemahan, adakalanya terdapat kesalahan dalam pemenggalan kata.
Pend – eritaan” (hal 8)
di akhir cerita sebuah pernyataan Almitra menyisakan tanda tanya pembaca (setidaknya untuk saya pribadi). Sehingga membuat akhir cerita terasa menggantung. Namun mengajarkan kita nilai-nilai kehidupan, pembaca digerakkan jiwanya untuk memandang kehidupan lebih baik.
Sebuah novel yang berisi, teramat sayang jika kita lewatkan begitu saja. Novel yang patut dikoleksi oleh pecinta sastra.